FOTO FILE: Seorang pekerja medis mengambil jarum suntik berisi dosis vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19 di pusat vaksinasi penyakit virus corona (COVID-19) di Neuilly-sur-Seine, Prancis, 19 Februari 2021. -Reuter
KUALA LUMPUR, 20 Februari: Malaysia akan menerima vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech besok (21 Februari), dan untuk itu, 12 juta jarum suntik dengan volume mati rendah diharapkan akan digunakan untuk penyuntikan, di bawah tahap pertama Program Imunisasi COVID-19 Nasional.
Mengapa penggunaan alat suntik jenis ini begitu penting dalam program yang dimulai pada tanggal 26 Februari ini, dan apa pentingnya serta kelebihannya dibandingkan dengan alat suntik lainnya?
Dekan Fakultas Farmasi Associate Universiti Kebangsaan Malaysia Prof Dr Mohd Makmor Bakry mengatakan, alat suntik tersebut memiliki ukuran 'hub' (ruang mati antara jarum dan laras alat suntik) yang minimal sehingga dapat mengurangi pemborosan vaksin, dibandingkan alat suntik biasa.
Ia mengatakan, dengan demikian akan dapat memaksimalkan total dosis yang dapat dihasilkan dari satu vial vaksin. Dikatakannya, untuk vaksin COVID-19, enam dosis suntik dapat diproduksi dengan menggunakan jarum suntik.
Dosen farmasi klinis itu mengatakan, sesuai langkah persiapan vaksin Pfizer yang tersedia di situs Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, setiap botol vaksin yang diencerkan dengan 1,8 ml natrium klorida 0,9 persen akan mampu mengeluarkan lima dosis suntikan.
“Volume mati adalah jumlah cairan yang tersisa di dalam semprit dan jarum suntik setelah penyuntikan.
"Jadi jikajarum suntik dengan volume mati rendahdigunakan untuk vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech, sehingga setiap botol vaksin dapat diproduksienam dosis suntikan,” katanya kepada Bernama saat dihubungi.
Senada dengan hal yang sama, Presiden Masyarakat Apoteker Malaysia Amrahi Buang mengatakan tanpa menggunakan alat suntik berteknologi tinggi, total 0,08 ml akan terbuang untuk setiap botol vaksin.
Dikatakannya, mengingat harga vaksin saat ini sangat tinggi dan mahal, maka penggunaan alat suntik sangat penting agar tidak terjadi pemborosan dan kerugian.
“Jika menggunakan alat suntik biasa, maka pada penghubung antara alat suntik dengan jarum akan terdapat 'ruang mati', dimana ketika kita menekan tombol penghisap, tidak semua larutan vaksin akan keluar dari alat suntik dan masuk ke dalam tubuh manusia. tubuh.
“Jadi kalau pakai alat suntik yang teknologinya bagus, 'ruang mati' akan lebih sedikit…berdasarkan pengalaman kami, 'ruang mati' yang rendah akan menghemat 0,08 ml vaksin untuk setiap vial,” ujarnya.
Amrahi mengatakan, karena alat suntik ini menggunakan teknologi tinggi, maka harga alat suntik tersebut sedikit lebih mahal dibandingkan alat suntik biasa.
“Spuit ini biasanya digunakan untuk obat atau vaksin yang mahal agar tidak ada pemborosan…untuk normal salin boleh saja menggunakan spuit biasa dan kehilangan 0,08 ml tetapi tidak pada vaksin COVID-19,” imbuhnya.
Sementara itu, Dr Mohd Makmor mengatakan, jarum suntik dengan volume mati rendah jarang digunakan, kecuali untuk produk obat suntik tertentu seperti antikoagulan (pengencer darah), insulin dan lain sebagainya.
“Pada saat yang sama, banyak yang sudah diisi sebelumnya atau satu dosis (vaksin) dan dalam banyak kasus, jarum suntik biasa akan digunakan,” katanya, seraya menambahkan bahwa ada dua jenis jarum suntik dengan volume mati rendah, yaitu Luer. kunci atau jarum tertanam.
Pada 17 Februari, Menteri Sains, Teknologi, dan Inovasi Khairy Jamaluddin mengatakan pemerintah telah memperoleh jumlah jarum suntik yang dibutuhkan untuk vaksin Pfzer-BioNTech.
Menteri Kesehatan Datuk Seri Dr Adham Baba dilaporkan mengatakan Kementerian Kesehatan membutuhkan 12 juta jarum suntik dengan volume mati rendah untuk memvaksinasi 20 persen atau enam juta penerima pada tahap pertama Program Imunisasi COVID-19 Nasional yang akan dimulai akhir tahun ini. bulan.
Ia mengatakan jenis jarum suntik sangat penting karena vaksin perlu disuntikkan dengan dosis tertentu ke setiap individu untuk memastikan efektivitasnya.- Bernama
Waktu posting: 10 Februari 2023